SMS, Tambun Selatan - Koalisi Masyarakat Pendukung Sa’duddin (KAMPUS) mengklaim tidak bubar. Koalisi yang dulunya merupakan tim sukses utama Sa’duddin ini dikabarkan bubar. Namun KAMPUS yang notabene gabungan ormas dan LSM sampai sekarang masih eksis. Kini KAMPUS menggarap masyarakat dengan segmen tertentu. Gerakannya pun memilih dengan cara gerakan bawah tanah tidak seperti pendukung pasangan SAJA yang lainnya.
Kordinator KAMPUS Erman Ahmad menjelaskan kalau KAMPUS geraknya dalam rangka mensukseskan pencalonan pasangan SAJA berbeda dengan cara pada pemilu sebelumnya. dulu jelas Erman KAMPUS membuat instrument mulai dari tingkat Kecamatan sampai Desa. Selain itu di setiap masing-masing kecamatan juga ada perwakilan pengurusnya.
“Kami geraknya di bawah tanah. Kalau geraknya sama seperti dulu ga bakalan terkejar karena waktu yang semakin mepet,” jelas Erman.
Ia tidak menampik kalau persiapan KAMPUS untuk mensukseskan pasangan SAJA terkesan dadakan. Sebab KAMPUS ini merupakan gabungan LSM dan ormas. Masing-masing LSM dan ormas ini saling curiga antara satu sama lain. Sebab yang diuntungkan di KAMPUS hanya segelintir orang. Padahal saat berjuang untuk kemenangan SAJA pada pemilu 2007 merupakan tim kolektif. Namun yang menikmati sampai sekarang hanya segelintir orang.
”Terus terang kami kesulitan untuk menyatukan LSM dan ormas yang pernah gabung, wajar saja kalau mereka saling curiga satu sama lain emang kondisinya seperti itu,” tambahnya.
Karena tidak lagi bisa disatukan ormas yang awalnya gabung di KAMPUS ini pecah. Salah satunya muncul Tim Independen Pendukung Sa’duddin (TIPS). Walau terpecah belah namun Erman merasa bersyukur. Sebab tujuan mereka masih tetap sama memenangkan pasangan SAJA. Tentunya ini menjadi keuntungan tersendiri bagi pasangan SAJA.
”Biarin aja walau pecah tujuannya kan tetap sama, memenangkan SAJA,” tuturnya.
Erman sendiri membeberkan sampai saat ini tidak ada yang berani menggunakan nama KAMPUS. Sebab yang pertama kali mencetuskan nama itu awalnya hanya dia. Selaku inisiator, Erman tentunya akan melakukan tindakan tertentu jika ada yang menggunakan nama KAMPUS tanpa kordinasi terlebih dahulu.
”Makanya ga ada yang bawa nama KAMPUS kan inisiatornya saya. Kalau saya ga gerak ya ga ada,” imbuhnya.
Karena geraknya tidak terlalu vulgar, KAMPUS hanya mentargetkan sekitar 15 ribu suara. Namun sangat disayangkan KAMPUS tidak membeberkan pangsa pasar yang dibidik untuk mendulang suara bagi pasangan SAJA.
”Strategi kalau dibeberkan nanti dipakai orang lain. Nanti kalau sudah menang strateginya dijelaskan,” tukasnya. (dit)